Wednesday, October 19, 2016

Surat Tanpa Alamat untuk Almarhum Sang Ibu, Isinya Bikin Nangis!

Pagi itu anakku yang masih tidur pulas. Karena tidak ingin gagal menjadi seorang ayah, aku memasak nasi goreng untuk sarapan kami.
Sebelum berangkat kerja, aku memberi tahu anakku yang masih mengantuk bahwa sarapan sudah siap.
Berperan sebagai ibu dan ayah membuat energi terkuras. Setelah pulang kerja aku baringkan tubuh sekejab, tiba-tiba sebuah mangkuk pecah dengan mie instan di bawah tempat aku baring.
Aku begitu marah. Setelah mengambil rotan, aku langsung memukul anakku yang sedang asyik bermain tanpa belas kasihan.
Setelah selesai, anakku masuk dalam kamar. Aku menyesal, pipiku mulai dibasahi air mata dan aku pergi menangis di dalam kamar mandi.
Usai menunaikan Sholat Isya, secara diam-diam aku mengintip ke kamar anakku. Dia menangis bukan karena sakit di punggungnya, tapi karena dia melihat foto almarhum ibu yang dikasihinya. Kemudian aku menyapukan obat di punggungnya yang sakit itu lalu memeluk dan membujuknya untuk tidur.
Setahun berlalu setelah kejadian itu, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi, ketika dia mulai masuk sekolah taman kanak-kanak, satu insiden buruk kembali berulang.
Ketika aku di kantor, ibu gurunya menghubungi aku dan mengatakan bahwa anakku sudah beberapa hari tidak masuk sekolah, padahal aku mengantarnya setiap pagi.
'Aku Minta Maaf Ayah'
Hal itu membuat aku berang. Aku pulang lebih awal berharap dapat penjelasan dari anakku. Tapi ketika aku sampai dia tak ada di rumah, setelah lama mencari, rupa-rupanya dia main game di warnet.
Perasaan yang tidak terkendali membuat aku memukulinya dengan parah, dia hanya diam dan mengatakan, " Aku minta maaf ayah" .
Beberapa hari setelah itu, anakku pulang ke rumah memberitahu bahwa di sekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamar untuk berlatih menulis.
Aku yakin, jika istri masih ada dan melihatnya, ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat aku bangga juga!
Hanya selang beberapa hari aku mendapat panggilan dari kantor pos, bahwa anakku mengirim puluhan surat tanpa alamat.
Setelah aku mengambilnya, aku mencoba mendapat penjelasan dari anakku. Ketika itu aku menangis ketika dia mengatakan surat itu untuk almarhum ibunya. Kemudian ia masuk ke dalam kamar dan mengatakan, "Maafkan aku ayah" .
Aku hanya menghela nafas panjang, mataku tertarik melihat sebuah amplop dengan tulisan
" untuk ibu tersayang" .
'Bisakah Ibu Muncul Dalam Mimpiku Malam Ini?'
Aku membuka dan membacanya dengan perlahan-lahan.
"Ibu, hari ini aku kena marah dari ayah karena menaruh mie instan di bawah selimutnya. Ketika itu aku sangat lapar jadi aku ingin memasak nasi, tapi aku ingat pesan ayah, aku dilarang menggunakan barang-barang berbahaya di rumah. Oleh sebab itu aku menyiram mie dengan air panas, satu untuk aku dan satu untuk ayah. Punya ayah aku taruh di bawah selimutnya, takut mienya dingin. Tapi ayah memarahiku karena aku lupa mengatakan menaruh mie untuk ayah di bawah selimut.
Ibu aku sudah masuk sekolah, aku sangat merindukanmu. Hari ini kami membuat pertunjukan bakat dan bu guru mengundang ibu-ibu murid untuk hadir dalam pertunjukan itu, tapi ibu sudah tidak ada.
Aku tidak ingin menghadirinya, aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Untuk menyembunyikan kesedihan, aku pergi main game di toko komputer, ayah kemudian menemukanku dan memarahi serta memukulku.
Ibu, setiap hari aku melihat ayah sangat merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu ia begitu sedih. Aku ingat kami berdua sangat merindukanmu, tapi aku mulai melupakan wajahmu, bisakah ibu muncul dalam mimpiku malam ini?"
Sepanjang membaca surat itu, air mataku tak bisa berhenti mengalir. Aku kemudian mendatangi kamar anakku. Jelas isak tangisnya terdengar dari luar, aku mendekatinya dan meminta maaf serta memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Catatan: untuk para suami, jangan terlalu cepat marah kepada anak-anak Anda dan hargailah istri Anda selagi masih ada. Cinta dan kasih sayang yang mereka berikan tidak ada emas permata, bahkan intan berlian, yang bisa menggantikannya.
(Sumber: Dream.co.id,)

2 comments:

  1. segeralah mencari ibu tirinya, mungkin kemarahan anda pada anak bisa terbendung dg adanya istri baru, ingat tdk semua ibu tiri jahat

    ReplyDelete
    Replies
    1. andai saja semudah membalikkan telapak tangan dalam mencari ibu tiri.

      Delete